SEPUCUK SURAT
Bagaimana
caraku mendeskripsikan diriku? Yang
pasti namaku “Reananda Sylviolin”.
Orang-orang biasanya memanggilku violin. Aku
duduk dibangku XI IPA-3 SMAN 07. Aku................
tidak cantik ,
tidak pintar, dan so pasti tidak populer. Hampir setiap hari yang kulakukan
seusai sekolah adalah hanya disini! Duduk di ruang klub sastra
dan tenggelam
pada Duniaku sendiri. Sampai Kak Rizaldy-ketua klub sastra- menegurku.
“Vi,dah sore lho... gak pulang?”
Aku hanya menanggapinya
dengan sebuah senyum, Lalu kubuka mulutku untuk bersuara.
“Kak Rizaldy Duluan saja.”
“Ya sudah.. Duluan yah!”
Kuperhatikan sosok kak
Rizaldy sampai menghilang diambang pintu. Kuberhentikan semua khayalanku Lalu
kubereskan semua bukuku. Saatnya untuk pulang. Begitulah pikirku.
“Ah- ! hp ku dimana yah??”
Aku segera memeriksa
kantongku namun hasilnya nihil begitu juga didalam tasku.
“Perasaan ... Terakhir aku pake HP Dikelas
deh..” gumamku sambil berjalan memutar kearah kelas.
Sesampainya dikelas ,aku segera memeriksa isi
Laciku. Buku catatan, tempat pensil,hp dan surat...
Ini
dia HP-ku! Tunggu........ada Surat??? Kuambil surat beramplop biru muda itu dan
kubaca isinya. Serangkaian Kalimat indah dituliskan dengan Rapi dalam Nuansa
surat biru yang berawan.
“Hihi .. siapapun yang menuliskan Surat ini.
Dia punya selera yang cukup bagus!” Pujiku.
Mungkihkah ini surat cinta??
Atau apa? Daripada menebak-nebak . Kubaaca rangkaian pada kalimat pertama.
“ Hai gadis
pendiam yang disana...”
Ah! Ntah mengapa jantungku
berpacu dengan cepat, kucoba untuk membacanya dari awal lagi.
“Hai
gadis pendiam yang disana... Apa kabarmu?dan mana senyummu??
Taukah kau,..............? aku
bertanya-tanya dalam hening...
Hai gadis pendiam yang disana........
Mengapa kau termenung? Tenggelam dalam
duniamu sendiri? Bolehkah diriku yang memandangimu dari
jauh.
Turut duduk
disampingmu? Menemanimu? Dan melihat senyummu............??? ”
|
a-a! Surat apa ini? Cinta? Lamaran? Lalu siapa
pengirimnya? Penggemarku? Mana mungkin! Mungkin hanya kerjaan orang iseng saja.
Begitu pikirku.
Kulangkahkan
kakiku menuju pintu kelas, sambil menggenggam hp dan sepucuk surat itu.
Pagi ini sama seperti pagi-pagi biasanya. Jam 06.25
aku sudah ada didepan pintu kelas dan seperti biasa pula aku orang pertama yang
hadir didalam kelas, segera kulangkahkan kakiku kearah bangkuku. Bukannya GR
tapi Perasaanku mengatakan aku harus melirik ke arah laciku!
Dan ku
temukan Kembali surat itu.
Surat yang masih berwarna senada seperti kemaren
sore. Biru dengan gambar Awan. Mungkin salah kirim kali yah? Tapi masa’ sih
kalo salah kirim sampai 2 kali???
Kucoba baca
kembali surat itu.
Pagi
gadis pendiam-ku yang manis...
Pagi
ini, apa kabarmu?
-pasti kau bertanya-tanya “siapakah aku??
Orang yang mengirimkan surat ini?”
Aku adalah orang yang selalu
memperhatikanmu dari jauh ,memberikan sedikit perhatian itu walau tak kau
sadari.
Kuulang lagi pertanyaanku. Bolehkah aku
turut duduk disampingmu? Menemanimu? Dan melihat senyummu??
|
Tanpa
kusadari aku tersenyum. Siapa sih orang ini? Seandainya aku dianugrahi untuk
menjadi gadis yang percaya diri, mungkin aku akan menyatakan surat-surat ini
dari kak Rizaldy.
Bukankah dia
satu-satunya senior dan cowok yang memperhatikanku?
Kalau boleh jujur.................
Aku menyukai kak rizaldy dari sejak masuk kelas X.
Dan mungkin juga Kak rizaldy adalah faktor utamaku untuk bergabung dengan klub
sastra.
Ku masukkan kembali surat itu kedalam tasku
lalu kukeluarkan buku catatanku. Mencoba fokus untuk belajar namun aku tak dapat memungkiri hatiku sedang
berbunga-bunga saat ini.
Saat ini
kulangkahkan kakiku menuju ruang media, tempat berkumpul anak sastra dengan semangat,
Ruang Media disekolahku beradaa di lantai III dan pas banget sebelahan ma
kelasnya kak rizaldy! XII-IPA2!
Ku tolehkan
kepalaku menyusuri deretan kaca jendela, sampai langkah kakiku terhenti tepat
didepan ruang media.
“Bukankah
itu Kak Rizaldy?” batinku.
Kulangkahkan kakiku mendekati kak rizaldy yang tampak fokus mengerjakan sesuatu.
“KAK....?!!” Kata-kataKu terhenti. Melihat apa yang
dilakukan kak rizaldy. Menulis, fokus,tersenyum,surat itu.........biru....
berawan...... mungkihkah?!!”
“E-a.. Vi... Violin..” kulihat kegugupan yang luar
biasa tergambar jelas diwajahnya yang manis.
Tanpa sadar
aku berputar, dan berlari menuruni anak tangga.tidak! aku berlari bukan karena
membencinya! Hanya saja aku terlalu malu. Aku... kak Rizaldy?? Apakah ini
artinya kak Rizaldy menyukaiku??? Aku tak mengerti?!
Semuanya
terasa begitu membingungkan sampai sebuah tarikan lembut menghentikan
pergerakanku.
“k-k-k-kak..
r-rizaldy.....!!”
Kini aku dan kak rizaldy hanya terdiam ditangga. Ah
situasinya benar-benar gak enak.
Aku memilih untuk diam.
“aku......tau..
kamu mungkin benci terhadapku..”
“aku tidak
benci, kakak........” suaraku yang kecil terdengar dipendengarannya . aku tau
itu karena seulas senyum tertampang jelas diwajahnya .
“Lalu...
Apakah kau menyukaiku??”
Ha! Itu pertanyaan bodoh! Tentu saja aku aku
menyukaimu sejak dulu. Namun aku hanya mampu mengangguk menjawab pertanyaan kak rizaldy.
Dia mendekat, mendesakku menuju dinding. Yang
terjadi selanjutkan aku tak tau. Tapi aku merasakan ketika nafas hangatnya
menyentuh pipiku. Lalu mendekat dan kurasa kecupan lembut menyentuh bibirku.
Bagaimana
caraku mendeskripsikan diriku? Yang pasti aku “Reananda sylviolin” .
orang-orang biasanya memanggilku. Violin.
Aku......... tidak cantik, tidak pintar , so pasti tidak populer
tapi satu hal yang PASTI!
Aku punya kak rizaldy yang menyayangiku dengan
tulus.............................
#SELESAI :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar