Senin, 16 Juni 2014

SENIOR HIGH SCHOOL'S DEBUT CHAPTER 04

Finally, ulangan semester dah kelar.
tinggal nunggu hasil aja.
niatnya chapter 04 udah lama banget pengen diupdate dari kemaren--kemaren. tapi karena gak ada pulsa modem dan karena gada tetangga yang make wi-fi ya gitu dah~! #hiks

pokoknya happy reading! ^^
dont like? dont read!!!



CHAPTER 04. OUR CONECTION

 
 Zian menatap Clayrise yang berdiri tepat didepan pintu kamarnya. Wajahnya memancarkan rasa Tidak keingin tahuan akan apa yang akan dikatakan oleh sepupunya tersebut.

“Lo bisa minggir dikit gak?!” ucap Zian dengan suara parau yang menyiratkan ia baru saja terbangun dari tidur yang panjang.

“Lo gak mau denger cerita gue?” Tanya Clayrise. Dia berjalan mengikuti Zian yang menuruni anak tangga.

Zian duduk dimeja makan dan memainkan segelas jus lemon yang siap ia minum, pikirannya melayang kemana-mana namun kemudian kesadarannya kembali ketika Clayrise menghempaskan tubuhnya disofa terdekat meja makan.

Hal ini membuat Zian menghela nafas .

“Lo gak pernah bisa berubah yah?”
***
  Zivan Adranata dan Clayrise Aizahara merupakan sepupu satu kali-dimana mama Clayrise adalah adik dari Ayah Zian. Walau mereka masih keluarga tetapi kehidupan mereka sangat jauh berbeda.
Mama Clayrise berserta suaminya hidup sangat sederhana berbeda dengan Zian yang sejak kecil hidup lebih dari berkecukupan dan ada .

Namun sejak kematian dari orang tua Clayrise, Clayrise diasuh oleh ayah Zian.
Mungkin.... karena sejak kecil Clayrise selalu menjadi objeck bully teman-teman perempuannya disekolah, membuat Zian secara otomatis untuk bersikap bertanggung jawab menjaga sepupunya.

Apalagi Zian sadar, bahwa.........

“Zian!!! Lo denger gak sih?!” seru Clayrise dengan nada kesal.

“iyaiya. Gue denger... lo bahas tentang Sipemanis Buatan Also known as Arah kan?” ucap Zian yang baru saja tersadar dari lamunannya.

“iya. Gue gak tau kenapa tadi gue ngerasa... bahwa gue dapat percaya sama dia.” Clayrise tertunduk , ia cukup malu mengakui hal itu.

Melihat tingkah laku sepupunya, membuat Zian mengacak-ngacak rambut Clayrise.

***

Arah membuka jendela kamarnya. Manic hitamnya sedang memperhatikan puluhan bintang yang sedang menghias langit malam ini. Sejak sedari sore, ia merasakan firasat baik.
‘mungkinkah Devan akan menelfonnya?’ tanyanya dalam hati.

Trrrtttt Trrrrrtttttt” Hp Arah yang berchasing ungu Lavender itu bergetar, dengan perasaan berdebar ia mengambil hpnya.

1 pesan masuk?

Oh mungkin kah...?

Sudah pasti bukan...?
...........
.........
Arah sedikit tersenyum. Namun beberapa detik kemudian senyum diwajahnya berubah. “spam toh?” sungutnya.

Ia lalu berjalan kearah kasurnya dan menghempaskan tubuhnya dengan santai. Berguling ke kanan dan ke kiri dan dengan ajaibnya rasa kantuk mulai membuat matanya hampir tertutup. Perlahan namun pasti... Arah telah memasuki dunia mimpinya.
“tttrrrrtttt.... tttrrrttt”

Dan meninggalkan hpnya yang bergetar begitu saja.


***
“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!! AAAAAAAAAAAAAAAAA!!! BEGO’!! AISHHH!!!” 

Didalam kamar yang didominasi dengan warna hijau tua dan ungu Lavender . seorang gadis manis tengah mengacak-ngacak isi lemarinya sembari mengeluarkan lengkingan teriakan yang akan sangat menganggu siapa saja yang mendengarnya.

TOKK! TOKKK!!

Tiba-tiba saja saja suara ketukan pintu itu membuat Arah semakin kalut.
“Siapa sih?!!!”

“siapa jidat lo! Ya ini gue abang lo!!” suara khas laki-laki yang sudah dewasa itu mengangetkan Arah.

“Kenapa Kak Alvin?” Tanya Arah sembari sibuk mengganti pakaiannya.

“lo TANYA kenapaaa?!! Suara lo udah ngebuat bunglon peliaraan gue sekarat tiba-tiba..” sungut cowok berusia 18 tahun ini. Sebuah handuk berwarna putih  polos bergelantungan dilehernya.

“Jangan Rese’ deh!” Kali ini Arah berlari kearah lemarinya, dan mengambil sepatu olahraga kesayangannya.

“Rah!! Buka pintunya atau gue teriak ngelapor emak ye?!” ancam Kak Alvin. 

“Gue hitung sampe 3 ya?!” 

“SATUUUUU!!!!!”
“DUAAAAA!!!!!”
“DUAA SETENGAHHH........!!!!!!”

“TII---!!” JDUAGKHHHHHHHH 

Sebuah hantaman keras mengenai tepat wajah Alvin. Cowok berusia 18 tahun yang merasa dirinya tampan itu.

“TIVARAAAAAA SANITASYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!” Jeritnya dengan erangan keras menahan kesakitan.

“maapinnnn gueee banggggg!!!”

***
    Disebuah taman di komplek perumahan Arah memang cukup ramai dikunjungi apalagi hari minggu pagi seperti saat ini.

“Dasar ngaret!!!” tegur cewek cantik berkuncir 1 itu.

“ih- koq lo ada disini?!” balas Arah dengan wajah cemberut. 

“ah.. sorry Rah. Kalau soal Clayrise , gue yang ngajakin.” Kali Ini suara cowok yang sangat ia kenali bahkan ia mimpikan memanggil namanya, membuatnya berbalik dan menatap cowok itu dengan ragu.

“o-oh...” jawab Arah dengan sekenanya.

Melihat kecemburuan yang terlintas sejenak diwajah teman barunya, membuat Clayrise tersenyum simpul. “ah-! Bukan cuman gue koq. Zian juga ada noh..” tunjuknya kearah cowok berkaos lengan pendek berwarna merah, celana selutut serta headphone yang menghias lehernya.

Mendengar perkataan Clayrise secara otomatis membuat Arah berbalik kearah teman sebangkunya.
“ihh..” satu kata yang refleks yang keluar dari mulut gadis manis itu.

“apaan?!” sungut Zian dengan jutek.

Melihat aura yang ada disekitar kedua temannya itu membuat Devan tertawa Renyah.  “Pas banget kan timingnya?” 

Devan merangkul Pundak Zian dan berbisik “kita semua bisa saling mengakrabkan diri..”

“terus? Lo pada mau ngapain disini? Gue ogah yah main basket.” Ujar Clayrise.

“ogah atau ga bisa neng?” Ledek Devan dengan ekspresi ter-unyu yang ia punya –menurut Arah-.

“diem deh lo! Dasar fans!” sungut Clayrise dengan wajah sebal.

“yaudah! Lari keliling aja yok..” kali ini Arah bersuara.

“iye. Lari aja dah...” timpal Zian “ingat ya Clay. Kita ini mau lari jadi awas aja lo kalau ngojek!” 

“iihhhh..”  kali ini satu kata tersebut keluar dari mulut Clayrise.

***
Mungkin hari ini merupakan hari yang paling membahagiakan bagi Arah. Saat terbangun dari tidur cantiknya ia mendapat sebuah kejutan kecil. Devan mengesms nya dan membuatnya menjerit bak orang kesurupan.

Dan sekarang? Ia sedang berjalan beriringan dengan Devan melupakan kehadiran dua mahluk gaib-eh teman sekelasnya yaitu  Zian dan Clayrise.

“hh...hhh..hh” Clayrise terlihat kelelahan. Wajahnya terlihat begitu pucat.

“lo gak apa-apa kan Clay? Mau istirahat dulu?” Zian memegang lengan Clayrise.
Melihat keadaan kedua temannya otomatis membuat Arah dan Devan berbalik.

“kayaknya kita istirahat aja disini...” usul Arah yang tak mampu menyembunyikan kekhawatiran yang tergambar diraut wajahnya.

“oke, gue beli air minum dulu.” Devan beranjak meninggalkan Arah dan Zian yang berada dalam keheningan sedangkan Clayrise terduduk lemas dibawah pohon.

“........” Arah memperhatikan Zian yang terduduk dipinggir batuan jalan.

“apa?” Tanya Zian yang merasa diperhatikan.

“gak. Cuman sorry nih – kalau gue rada kepo. Tapi lo care banget ma Clayrise yah?” Tanya Arah dengan kikuk.

“Hmnn...” Zian memejamkan matanya sejenak dan detik berikutnya terbuka “udah biasa banget malah pertanyaan kayak gitu.” 

‘’dan jawabannya...?”  Arah menikmati tiupan udara pagi yang masih segar.

“Clayrise itu udah menjadi tanggung jawab gue.” Dengan postur tubuh yang tegap , Zian menjawab pertanyaan itu dengan pasti.”

Nyut.

Arah mengerutkan alisnya. Lho? Ada yang aneh dengannya....

“o-oh. Soo sweet banget. Gue aja sampai cembu-“ Arah yang sadar akan apa yang ingin dia ucapkan, secara refleks merapatkan kedua bibirnya.

Melihat Reaksi lawan bicaranya, Zian tersenyum menatap Arah. Sebuah senyum kasih sayang ... sebuah senyum ramah yang tidak pernah ditunjukkan Zian kepadanya sebelumnya.

“Lo tau ? banyak orang yang salah paham karena kata-kata gue yang seperti itu.” Lanjut Zian kembali.

“salah paham gimana?” kali ini Arah mengambil tempat duduk disamping Zian.

“emmnh.. salah paham gimana yah? Tentang hubungan gue dan Clayrise.” Zian berbalik menatap wajah Arah. “Gue sama Clayrise itu sepupu.”

Mendengar –pernyataan Zian membuat Arah terperangah.

“hah?! Seriusan looo?!!!” jerit Arah tepat ditelinga Zian.

“Gila lo. Biasa aja kali , gue bisa budeg beneran ini!” rutuk Zian rada sensi.

“yaa.. habis.. lo..” 

“mangkanya jangan berprasangka ya enggak-enggak dulu. Gimana lega kan dengarnya?” goda Zian dengan terkekeh.

“lega kenapa?” Tanya Arah dengan ekspresi polosnya.

“yaaa lega.. lo ga perlu jealous gitu..” ejek Zian yang refleks langsung memasang headphone ke telinganya, tangannya dengan Lincah memutar sebuah lagu favoritnya.

Mendengar  penjelasan dari teman sebangkunya itu membuat sebuah semburat merah tipis menghias pipi Arah. 

“IH PD BANGET LO?!! WOY... LO DENGERIN GUE GAK? ATAU MAU  GUE GEBUK LO..” ujar Arah dengan emosi yang meluap-luap namun hanya ditanggapi oleh Zian dengan sebuah senyuman penuh kemenangan.

“WOOOYYY!! KAKEK LAMPIRR.. LO SEBENERNYA DENGER KAN?”

Sedangkan disisi Lain Devan menghampiri Clayrise dengan bahasa tubuh yang menunjukkan perasaan senang.

“mereka akur yah?” ujar Devan.

Clayrise yang mendengar ucapan Devan hanya geleng-geleng kepala.
“dasar gak peka...”



TO BE  CONTINUE~

well, maaf kalau chapter kali ini gak memuaskan. demo ne ~ atashi wa ganbarimasu *^*)/\
pengen banget nyelesein cerita ini dan sapa tau aja ada yang berminat buat nerbitin. hohohoho

see you next time :3 /

Tidak ada komentar:

Posting Komentar