tinggal nunggu hasil aja.
niatnya chapter 04 udah lama banget pengen diupdate dari kemaren--kemaren. tapi karena gak ada pulsa modem dan karena gada tetangga yang make wi-fi ya gitu dah~! #hiks
pokoknya happy reading! ^^
dont like? dont read!!!
CHAPTER 04. OUR
CONECTION
Zian menatap Clayrise yang berdiri tepat
didepan pintu kamarnya. Wajahnya memancarkan rasa Tidak keingin tahuan akan apa
yang akan dikatakan oleh sepupunya tersebut.
“Lo bisa minggir dikit gak?!” ucap Zian
dengan suara parau yang menyiratkan ia baru saja terbangun dari tidur yang
panjang.
“Lo gak mau denger cerita gue?” Tanya
Clayrise. Dia berjalan mengikuti Zian yang menuruni anak tangga.
Zian duduk dimeja makan dan memainkan
segelas jus lemon yang siap ia minum, pikirannya melayang kemana-mana namun
kemudian kesadarannya kembali ketika Clayrise menghempaskan tubuhnya disofa
terdekat meja makan.
Hal ini membuat Zian menghela nafas .
“Lo gak pernah bisa berubah yah?”
***
Zivan Adranata dan Clayrise Aizahara
merupakan sepupu satu kali-dimana mama Clayrise adalah adik dari Ayah Zian.
Walau mereka masih keluarga tetapi kehidupan mereka sangat jauh berbeda.
Mama Clayrise berserta suaminya hidup
sangat sederhana berbeda dengan Zian yang sejak kecil hidup lebih dari
berkecukupan dan ada .
Namun sejak kematian dari orang tua
Clayrise, Clayrise diasuh oleh ayah Zian.
Mungkin.... karena sejak kecil Clayrise
selalu menjadi objeck bully teman-teman perempuannya disekolah, membuat Zian
secara otomatis untuk bersikap bertanggung jawab menjaga sepupunya.
Apalagi Zian sadar, bahwa.........
“Zian!!! Lo denger gak sih?!” seru
Clayrise dengan nada kesal.
“iyaiya. Gue denger... lo bahas tentang
Sipemanis Buatan Also known as Arah kan?” ucap Zian yang baru saja tersadar
dari lamunannya.
“iya. Gue gak tau kenapa tadi gue
ngerasa... bahwa gue dapat percaya sama dia.” Clayrise tertunduk , ia cukup
malu mengakui hal itu.
Melihat tingkah laku sepupunya, membuat
Zian mengacak-ngacak rambut Clayrise.
***
Arah membuka jendela kamarnya. Manic
hitamnya sedang memperhatikan puluhan bintang yang sedang menghias langit malam
ini. Sejak sedari sore, ia merasakan firasat baik.
‘mungkinkah Devan akan menelfonnya?’
tanyanya dalam hati.
“Trrrtttt
Trrrrrtttttt” Hp Arah yang berchasing ungu Lavender itu bergetar, dengan
perasaan berdebar ia mengambil hpnya.
1 pesan masuk?
Oh mungkin kah...?
Sudah pasti bukan...?
...........
.........
Arah sedikit tersenyum. Namun beberapa
detik kemudian senyum diwajahnya berubah. “spam toh?” sungutnya.
Ia lalu berjalan kearah kasurnya dan
menghempaskan tubuhnya dengan santai. Berguling ke kanan dan ke kiri dan dengan
ajaibnya rasa kantuk mulai membuat matanya hampir tertutup. Perlahan namun
pasti... Arah telah memasuki dunia mimpinya.
“tttrrrrtttt....
tttrrrttt”
Dan
meninggalkan hpnya yang bergetar begitu saja.
***
“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!
AAAAAAAAAAAAAAAAA!!! BEGO’!! AISHHH!!!”
Didalam kamar yang didominasi dengan
warna hijau tua dan ungu Lavender . seorang gadis manis tengah mengacak-ngacak
isi lemarinya sembari mengeluarkan lengkingan teriakan yang akan sangat
menganggu siapa saja yang mendengarnya.
TOKK! TOKKK!!
Tiba-tiba saja saja suara ketukan pintu
itu membuat Arah semakin kalut.
“Siapa sih?!!!”
“siapa jidat lo! Ya ini gue abang lo!!”
suara khas laki-laki yang sudah dewasa itu mengangetkan Arah.
“Kenapa Kak Alvin?” Tanya Arah sembari
sibuk mengganti pakaiannya.
“lo TANYA kenapaaa?!! Suara lo udah
ngebuat bunglon peliaraan gue sekarat tiba-tiba..” sungut cowok berusia 18
tahun ini. Sebuah handuk berwarna putih
polos bergelantungan dilehernya.
“Jangan Rese’ deh!” Kali ini Arah
berlari kearah lemarinya, dan mengambil sepatu olahraga kesayangannya.
“Rah!! Buka pintunya atau gue teriak
ngelapor emak ye?!” ancam Kak Alvin.
“Gue hitung sampe 3 ya?!”
“SATUUUUU!!!!!”
“DUAAAAA!!!!!”
“DUAA SETENGAHHH........!!!!!!”
“TII---!!” JDUAGKHHHHHHHH
Sebuah hantaman keras mengenai tepat
wajah Alvin. Cowok berusia 18 tahun yang merasa dirinya tampan itu.
“TIVARAAAAAA
SANITASYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!” Jeritnya dengan erangan keras
menahan kesakitan.
“maapinnnn gueee banggggg!!!”
***
Disebuah taman di komplek perumahan Arah
memang cukup ramai dikunjungi apalagi hari minggu pagi seperti saat ini.
“Dasar ngaret!!!” tegur cewek cantik
berkuncir 1 itu.
“ih- koq lo ada disini?!” balas Arah
dengan wajah cemberut.
“ah.. sorry Rah. Kalau soal Clayrise ,
gue yang ngajakin.” Kali Ini suara cowok yang sangat ia kenali bahkan ia
mimpikan memanggil namanya, membuatnya berbalik dan menatap cowok itu dengan
ragu.
“o-oh...” jawab Arah dengan sekenanya.
Melihat kecemburuan yang terlintas
sejenak diwajah teman barunya, membuat Clayrise tersenyum simpul. “ah-! Bukan
cuman gue koq. Zian juga ada noh..” tunjuknya kearah cowok berkaos lengan
pendek berwarna merah, celana selutut serta headphone yang menghias lehernya.
Mendengar perkataan Clayrise secara
otomatis membuat Arah berbalik kearah teman sebangkunya.
“ihh..” satu kata yang refleks yang
keluar dari mulut gadis manis itu.
“apaan?!” sungut Zian dengan jutek.
Melihat aura yang ada disekitar kedua
temannya itu membuat Devan tertawa Renyah.
“Pas banget kan timingnya?”
Devan merangkul Pundak Zian dan berbisik
“kita semua bisa saling mengakrabkan diri..”
“terus? Lo pada mau ngapain disini? Gue
ogah yah main basket.” Ujar Clayrise.
“ogah atau ga bisa neng?” Ledek Devan
dengan ekspresi ter-unyu yang ia punya –menurut Arah-.
“diem deh lo! Dasar fans!” sungut
Clayrise dengan wajah sebal.
“yaudah! Lari keliling aja yok..” kali
ini Arah bersuara.
“iye. Lari aja dah...” timpal Zian
“ingat ya Clay. Kita ini mau lari jadi awas aja lo kalau ngojek!”
“iihhhh..” kali ini satu kata tersebut keluar dari mulut
Clayrise.
***
Mungkin
hari ini merupakan hari yang paling membahagiakan bagi Arah. Saat terbangun
dari tidur cantiknya ia mendapat sebuah kejutan kecil. Devan mengesms nya dan
membuatnya menjerit bak orang kesurupan.
Dan
sekarang? Ia sedang berjalan beriringan dengan Devan melupakan kehadiran dua
mahluk gaib-eh teman sekelasnya yaitu
Zian dan Clayrise.
“hh...hhh..hh”
Clayrise terlihat kelelahan. Wajahnya terlihat begitu pucat.
“lo
gak apa-apa kan Clay? Mau istirahat dulu?” Zian memegang lengan Clayrise.
Melihat
keadaan kedua temannya otomatis membuat Arah dan Devan berbalik.
“kayaknya
kita istirahat aja disini...” usul Arah yang tak mampu menyembunyikan
kekhawatiran yang tergambar diraut wajahnya.
“oke,
gue beli air minum dulu.” Devan beranjak meninggalkan Arah dan Zian yang berada
dalam keheningan sedangkan Clayrise terduduk lemas dibawah pohon.
“........”
Arah memperhatikan Zian yang terduduk dipinggir batuan jalan.
“apa?”
Tanya Zian yang merasa diperhatikan.
“gak.
Cuman sorry nih – kalau gue rada kepo. Tapi lo care banget ma Clayrise yah?”
Tanya Arah dengan kikuk.
“Hmnn...”
Zian memejamkan matanya sejenak dan detik berikutnya terbuka “udah biasa banget
malah pertanyaan kayak gitu.”
‘’dan
jawabannya...?” Arah menikmati tiupan
udara pagi yang masih segar.
“Clayrise
itu udah menjadi tanggung jawab gue.” Dengan postur tubuh yang tegap , Zian
menjawab pertanyaan itu dengan pasti.”
Nyut.
Arah
mengerutkan alisnya. Lho? Ada yang aneh dengannya....
“o-oh.
Soo sweet banget. Gue aja sampai cembu-“ Arah yang sadar akan apa yang ingin
dia ucapkan, secara refleks merapatkan kedua bibirnya.
Melihat
Reaksi lawan bicaranya, Zian tersenyum menatap Arah. Sebuah senyum kasih sayang
... sebuah senyum ramah yang tidak pernah ditunjukkan Zian kepadanya
sebelumnya.
“Lo
tau ? banyak orang yang salah paham karena kata-kata gue yang seperti itu.”
Lanjut Zian kembali.
“salah
paham gimana?” kali ini Arah mengambil tempat duduk disamping Zian.
“emmnh.. salah paham gimana yah? Tentang
hubungan gue dan Clayrise.” Zian berbalik menatap wajah Arah. “Gue sama
Clayrise itu sepupu.”
Mendengar –pernyataan Zian membuat Arah
terperangah.
“hah?! Seriusan looo?!!!” jerit Arah
tepat ditelinga Zian.
“Gila lo. Biasa aja kali , gue bisa
budeg beneran ini!” rutuk Zian rada sensi.
“yaa.. habis.. lo..”
“mangkanya jangan berprasangka ya
enggak-enggak dulu. Gimana lega kan dengarnya?” goda Zian dengan terkekeh.
“lega kenapa?” Tanya Arah dengan
ekspresi polosnya.
“yaaa lega.. lo ga perlu jealous gitu..”
ejek Zian yang refleks langsung memasang headphone ke telinganya, tangannya
dengan Lincah memutar sebuah lagu favoritnya.
Mendengar penjelasan dari teman sebangkunya itu membuat
sebuah semburat merah tipis menghias pipi Arah.
“IH PD BANGET LO?!! WOY... LO DENGERIN
GUE GAK? ATAU MAU GUE GEBUK LO..” ujar
Arah dengan emosi yang meluap-luap namun hanya ditanggapi oleh Zian dengan
sebuah senyuman penuh kemenangan.
“WOOOYYY!! KAKEK LAMPIRR.. LO SEBENERNYA
DENGER KAN?”
Sedangkan disisi Lain Devan menghampiri
Clayrise dengan bahasa tubuh yang menunjukkan perasaan senang.
“mereka akur yah?” ujar Devan.
Clayrise yang mendengar ucapan Devan
hanya geleng-geleng kepala.
“dasar gak peka...”
TO BE CONTINUE~
well, maaf kalau chapter kali ini gak memuaskan. demo ne ~ atashi wa ganbarimasu *^*)/\
pengen banget nyelesein cerita ini dan sapa tau aja ada yang berminat buat nerbitin. hohohoho
see you next time :3 /
Tidak ada komentar:
Posting Komentar