haloooo semuanyaaaa!!! Yuuchan balik lagi dengan chapter terbaru.... ~sebenernya belum mau di update . cuman karena selagi mood gue nulis datang yasudahlah
mungkin chapter ini kurang memuaskan. tapii gue bener-bener berterima kasih buat orang-orang yang mau keep stay tune nungguin chapter terbaru SHSD. :D
Happy reading C: #hibernasi
CHAPTER 05. WHO SAYS?
Sebuah pagi yang cerah mengawali hari senin yang menjadi hari yang penuh
jadwal yang padat ini.
Seorang gadis berkuncir satu tengah melahap
rotinya dengan tenang. Didalam pikirannya ia mencoba meniru cara makan
putri-putri bangsawan yang pernah ia lihat dalam televisi.
Sampai sebuah suara mesin motor
menyadarkannya kembali.
“ma!!! Itu Kak Alvin? Mau kemana?” Tanya
Arah dengan panik.
“ya mau kuliah dong sayang!” ujar mama
Arah –tante Sepia-.
“hah? Terus yang nganter Arah siapa
dong?!!!”
Mama Arah beranjak dari meja makan ke
dapur dan menjawab
“mama juga heran. Kakakmu itu tadi itu ngomel-ngomel gak jelas gitu bahas kamu sama si mike..”
“mama juga heran. Kakakmu itu tadi itu ngomel-ngomel gak jelas gitu bahas kamu sama si mike..”
Arah mengerutkan alisnya rada sebal
“Mike itu siapa..?”
“Nama bunglon peliaraan kakak kamu kan?”
jawab mamanya.
Mendengar jawaban mamanya yang kalem, membuat Arah otomatis
ter-flash back akan kejadian diminggu pagi kemarin.
“KAKKKKKKKKKKKKK ALVINNNNNNN~~~!!!!
JANGANNN TINGGALINNNN
GUEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE..........................!!!!!!!”
Yap, cuaca yang cerah untuk suasana yang
“hidup” pula.
Oh ya? Apa pada masa ingat kalau hari
ini adalah hari senin?
***
Didepan komplek perumahannya, Arah berdiri menanti secercah harapan akan
angkot yang mungkin akan membawanya kesekolah. Peluh dan keringat tengan
membasahi dahinya.
‘duh..... ini koq gak ada yang lewat
sama sekali.’ Keluhnya dalam hati.
Dalam keadaan kurang berkonstrasi ia
mendengar suara mas-mas yang memanggilnya.
“mbak-mbak.. mau beli es gak?” tawarnya.
“aduh gak deh mas. Kapan-kapan aja..”
ujarnya tanpa berbalik.
“kalau beli bakso mau gak mbak?”
“mas gak liat? Saya ini mau kesekolah
bukan mau makan bakso!” ujar Arah sewot dan masih enggan untuk berbalik.
“emangnya mbak lagi nyari mas penjual
apa?” Tanya mas-mas itu rada kepo.
“apa aja asal bisa nganterin gue
kesekolah. Mas tukang ojek kek, angkot, becak ampe odong-odong juga boleh dah!”
Kali ini Arah berbalik dengan memasang ekspresi cemberut.
Baru saja ia hendak menyembur mas-mas
yang mengajaknya berbicara namun suaranya tertahan didalam tenggorokan.
“!!!!!”
“Lo kenape?” Tanya cowok itu yang sedang
duduk santai diatas motornya.
“Kakek Lampir?! Lo ngapain disini?!” Tanya
Arah yang tak dapat menyembunyikan perasaan terkejutnya.
“Kakek Lampir? Ohh.. jadi gitu cara lo
menyapa orang yang mau nolongin loh!”Ucap Zian dengan nada yang seolah-olah
merajuk.
“e-eh? Menolong? Eh...” Ucap Arah dengan
nada yang sangat kikuk
Belum sempat Arah menyelesaikan
kalimatnya, Zian sudah keburu menyalakan mesin motornya dan siap meninggalkan
Arah dengan perasaan kalut.
Dengan menelan mentah-mentah gengsi dan
ego yang ia miliki Arah menahan lengan Zian.
“Please.... jangan tinggalin gue.. telat
sendirian.”
***
Lagu
Kebangsaan Indonesia “Indonesia Raya” tengah berkumandang keseluruh sudut
sekolah, pemimpin bahkan para peserta pun melakukan hormat kepada sang merah
putih dengan khidmat.
Disisi
lain sepasang Anak Manusia tengah menghayati betapa tingginya pagar belakang
sekolah mereka.
“Zian,
sekarang gimana?” Tanya Arah yang merasakan peluh tengah membasahi dahinya.
“gimana
apanya? Ya kalau gue sih bisa manjat.” Ucap Zian dengan santainya.
“Terus,
Nasib gue gimana? Lo mau ninggalin gue?” Nada Suara Arah sedikit bergetar.
Ia mungkin
sangat pemberani ketika menghadapi siapapun tapi untuk urusan seperti ini dia
benar-benar newbie.
“Gimana
yah?” Zian kini menekuk tangannya didepan dada, raut wajahnya memancarkan
ekspresi yang sangat serius.“Gue sih ada ide. Tapi kayaknya lo gabakalan suka.”
“Ide?
Ide apaan?” Tanya Arah dengan wajah berbinar-binar.
“Gini,
gue cukup kuat buat ngegendong elo , nah terus lo bisa manjat. Pas udah sampai
diatas lo loncat aja.” Jelas Zian dengan sekenanya.
“Ih...!
GAK MAU!!!” Protes gadis manis itu dengan wajah kesal.
“sssstt!!!
Biasa aja kali!! Lo mau kita berdua ketangkep terus masuk BP?!” ujar Zian
dengan sedikit mendekati gadis dihadapannya.
“y-ya
enggak sih. Tapi kenapa mesti lo ngegendong gue gitu?” sungutnya lagi.
“ya
Karena elo ga bisa manjat! Coba aja kalo bisa? Gue gak bakal disini sampai
sekarang!” Zian kembali memasang wajah acuhnya.
“erm..
ntar lo ngintip lagi..” ucap Arah dengan wajah yang sangat malu.
“Tenang
aja. Gue gak tertarik ma cewek buas kayak lo koq!”
Mendengar
penuturan Zian , secara refleks sigadis berambut ponytail itu menginjakkan
kakinya ke kaki Zian.
“Ough!”
***
5 Menit lagi upacara akan berakhir, dan dengan penuh kehati-hatian Zian
dan Arah menyelinap kedalam barisan Upacara.
“m-misi dong..” ucap Arah yang menggeser
beberapa temannya.
Dengan Lincah ia mengambil barisan
disamping Ragit. Fariz yang berbaris dibelakang Ragit sedari tadi memperhatikan
Zian dan Arah yang menyelinap dan datang bersamaan hanya menyimpulkan sebuah
senyum misterius dan mengirimkan signal-signal aneh kebelahan jiwanya –Ragit-.
Dengan nada yang sangat lirih, Ragit
berbisik ke Arah.
“Rah, akhir-akhir ini banyak orang yang
ngatain lo berubah lo..”
Mendengar bisikan dari mahluk halus yang
bernama Ragit itu hanya membuat Arah menaikkan sebelah alisnya dengan bingung.
“berubah gimana maksud lo?” tanyanya
kembali.
Kali ini Fariz yang mengeluarkan
suaranya.
“Lo jadi akrab ma Zian gitu deh...”
Ntah kenapa,saat mendengar pernyataan
yang hamper sepenuh nya benar itu membuat Arah salah tingkah, dan berteriak
dengan suara yang keras.
“SIAPA BILANG HAH?!!!!”
Suara
yang sangat nyaring itu, tentu saja menarik perhatian semua orang yang ada
dilapangan dan membuat Arah menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
“oh..shit!”
rutuknya dengan kesal.
Ya,
beginilah Pagi yang cerah untuk mengawali Hari senin yang menjadi hari penuh
jadwal ini.
to be continue~
next time , moga gak ngecewain c:
See ya ~ :*
Ternyata... ini toh blognya.. xD
BalasHapus.
.
salam kenal yun...
.
.