BEAUTIFUL OBJECK © Wahyuni Listiarini
Shin jae Wook, menatap butiran salju yang turun menutupi sebagian Kota
Seoul dengan wajah datar. Deru Hembus Nafasnya menjadi music yang mengiringi
langkah kakinya ketika menapaki dataran putih ini. Pikirannya melayang ntah
kemana dan sebersit kemudian ia memikirkan 1 pertanyaan konyol yang pernah ia
pikirkan…
‘ Apakah ini juga tugas seorang
Fotografer? Berburu objek tak peduli betapa dinginnya Hawa kota Seoul
sekarang?’
Jae wook, merapatkan jaket coklat berbulunya
erat, hidungnya sudah berwarna merah karena terlalu lama bersentuhan dengan
udara yang seperti ini.
Uh~! Mau bagaimana lagi? Ia sudah
mencintai dunia fotografi sejak umur 12 tahun. Ia banyak memenangkan kejuaraan
fotografi tingkat nasional ataupun international dalam bidang ini Dan Fotografi
jugalah yang mengharumkan namanya sebagai Fotografer berbakat dan termuda. di
umurnya yang masih 21 tahun ini. Untuk tidak mengecewakan semua orang yang
telah mendukungnya, maka dibulan December yang putih ini ia akan
menyelenggarakan pameran foto dengan tema “The most beautiful object”.
Srett!!
Jae wook, mengangkat kameranya menghadap
kelangit. Dengan focus ia mengambil gambar Butiran salju yang berjatuhan dari
langit.
KLIKK! JEPRETT!!
Begitu putih….
KLIKK! JEPRETT!!
Begitu cantik…
Ia tersenyum puas melihat hasil bidikan
kameranya, sampai matanya menatap Hasil bidikan fotonya yang terakhir. Di dalam
foto tersebut seorang gadis berambut panjang, menatap butiran salju dengan
sendu.
Jae wook berbalik kembali kearah tempat ia
berburu foto tadi, di tengah Tebalnya Salju, dinginnya udara, seorang gadis
cantik duduk di atas Kursi taman. Rambut panjangnya, wajahnya yang merona, dan
jepitan berbentuk kupu-kupu warna ungu yang menghias rambutnya.
Apakah gadis itu boneka???
Jae wook mengangkat kembali kameranya.
Dengan Teliti ia mengamati ekspresi gadis itu. Natural. Apakah gadis itu
manusia?? Atau boneka?? Jae wook tak mengerti… hanya saja ia merasa jantungnya
berpacu dengan cepat ketika Lensa kamera menangkap bayangan gadis itu.
__________________________^^_________________________^^
“Ni ga… (Kau)” Suara gadis itu terdengar
sangat lembut, bagai hanya dengan satu hentakan kaki sudah menghempaskan suara
itu.
“Bisa kah anda berhenti Tuan? Anda
membuatku tak nyaman” Gadis itu berbalik kearah belakang batang pohon tempat
jae wook Bersembunyi.
“Mianhae (Maaf), aku tak bermaksud untuk…”
Jae wook berjalan kearah gadis itu. Ekspresi Jae wook begitu datar. Namun ia
masih terlihat begitu keren.
“Maeume Deureu (Kau suka)?” Gadis itu,
menatap Jae wook.
“M-mwo (A-apa)?”
Deg. Jae wook merasakan kegugupan yang
menggetarkan Hatinya. Hanya dengan satu pandangan matanya ia serasa beribu
kupu-kupu berterbangan dan bergejolak di dalam perutnya.
“Apakah kau Suka memotretku?”
“Ya, Kau begitu cantik nona. Bahkan salju
ini tak sebanding dengan an—da….” Jae wook terdiam.
Gadis itu tersenyum.
Cantik.
“aku Park Hye Ra.”
“S-S-Shin Jae wook………….”
Sejak saat itu, jae wook tak mengerti.
Sebagai seorang fotografer professional ia tak boleh bersikap Seperti ini. Hanya
tertarik dengan satu hal, hanya memotret satu objek….. park Hye Ra.
---------------------------------------------------------
^^--------------------------------------^^
“Pameran???” Hye ra tersenyum lembut
menatap Jae wook yang sedang duduk disebelahnya.
“Eo (ya).” Jae wook menatap Butiran Salju
yang berjatuhan dari atas langit. Sudah 6 hari berlalu sejak pertemuan
pertamanya dengan Hye ra. Semua terasa begitu menyenangkan. Walau Hanya dengan
menatapnya, melihat senyumannya, mendengar suaranya, memotret bayangannya. Jae
wook lalu menatap balik kearah Hye ra.
“Kau bisa datang. Aku akan mengundang
mu sebagai tamu yang special.”
“Ah-jinnjja(sungguh)?” Hye ra tersenyum
manis, namun sayang senyumannya langsung hilang seketika. “Sepertinya aku tak
bisa datang……..”
“w-wae (k-kenapa)? Apakah rumah mu jauh?
Aku akan menjemputmu disini, besok?” Jae wook menatap Hye ra dengan kecewa.
“Ige.. (ini)” Hye ra memberikan jepitan
rambut kupu-kupunya. “Ini adalah hadiah dan kenang-kenangan dariku..”
“…………………” Jae wook hanya menatap Hye ra
dalam diam.
_________________________________^^_____________________^^
“Maaf, aku harus pergi…….
Tapi aku percaya suatu hari nanti kita
akan bertemu disini…………
Banyak hal yang kau ajarkan kepadaku, aku
tak tau bagaimana caraku untuk berterima kasih.
Seoul,adalah tempat kelahiranku.. tapi aku
harus kembali Ke Indonesia, tempat dimana aku dan teman-temanku berada.
Tak banyak hal yang ingin
kusampaikan,namun hanya ada satu hal yang kuragukan..
Kau tau apa itu cinta?
Kau tau perasaan apa yang seolah menggeluti
hati dan pikiranku saat ini?”
aku jatuh cinta padamu… terjatuh cukup dalam untuk mencintaimu..
aku harap suatu saat nanti kita akan bertemu kembali. ^v^
Dari seseorang yang cukup berharga untuk kau potret.
park hye ra.
_____________________^^__________________________^^_____
Jae wook terdiam. Ujung-ujung jarinya terasa membeku, hal itu terjadi
bukan hanya karena effect dingin dibulan December ini tetapi karena ia sudah
sadar..
Bahwa ia telah kehilangan kesempatan..
kesempatan untuk menggenggam tangan orang ia cintai.
kesempatan untuk menggenggam tangan orang ia cintai.
Dengan langkah tertatih-tatih , ia tengah
mencari sosok Hye ra di tengah-tengah banyaknya manusia yang ada dibandara
ini. Berkali-kali ia menarik orang yang
salah, bahkan meneriakkan nama hye ra … namun sayang, hasilnya nihil. Ia malah
terlihat seperti orang kebingungan..
Ah… jebal (kumohon..)
__________________
_____________________________________ ___________________
Sesosok gadis
cantik terdiam dihadapan sebuah foto wanita cantik yang dibingkai dengan indah.
Sudut bibir gadis itu terangkat.
Padangan matanya lalu jatuh kepada sosok
laki-laki yang berdiri tepat dibelakangnya.
“Ah.. sudah lama kita tak bertemu..”
sapanya dengan lembut.
Shin jae wook terdiam, ia menarik nafas
panjang. “hmn.. bagaimana menurutmu?”
Hye ra tersenyum tipis. Ini adalah foto
tentang dirinya, yang diberi judul the most beautiful objeck.
Setelah sekian lama… foto ini masih
menyimpan kecantikan seorang wanita dibawah turunnya salju.
End.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar